Jakarta, kibarmedia.com - Calon Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, memperingatkan bahwa dia siap untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan Australia setelah duta besar kedua negara itu mengkritik gurauannya tentang insiden pemerkosaan seorang misionaris wanita di penjara.
Duterte mengatakan kepada kedua duta besar negara itu untuk menutup mulut dan jangan lagi berkomentar terkait ucapan kontroversinya tentang misionaris Australia yang dikasari dan dibunuh dalam satu kasus kerusuhan penjara pada 1989.
"Jika saya menjadi presiden, saya akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan Australia, " kata Duterte, seperti dilansir Straits Times, Kamis, 21 April 2016.
Sebelumnya, Duterte yang merupakan Wali Kota Davao sejak 1988, membuat pernyataan kontroversial pada kampanye yang direkam oleh kamera video dan telah diposting di YouTube. Video ini langsung menjadi viral di situs jejaring sosial.
Dalam video tersebut, Duterte berbicara mengenai kerusuhan yang dilakukan oleh narapidana di penjara Davao pada 1989. Saat itu lima misionaris dibunuh oleh para tahanan. Salah satu misionaris yang menjadi korban adalah Jacqueline Hamil, 36 tahun, yang berasal dari Australia.
Duterte menyebutnya sebagai seorang wanita yang cantik. Dan ketika memarahi pelakunya, dia membuat lelucon bahwa seharusnya dia yang pertama melakukannya.
Tidak hanya itu, Duterte yang saat berkampanye pernah menyebut Paus sebagai anak haram, juga berjanji baru-baru ini bahwa dia akan membunuh ribuan penjahat.
Duterte resmi mengajukan pencalonannya pada 8 Desember 2015 sebagai pengganti calon dari PDP-Laban, Martin Dino, yang telah menarik diri dari pencalonannya.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Filipina belum memberikan respon langsung terhadap pernyataan Duterte. Begitu juga dengan Kedutaan Besar Australia yang tidak bisa dihubungi untuk memberikan tanggapan.